Dokumen Rahasia Eropa Munculkan Bukti Kejahatan Perang Israel di Gaza
,
Jakarta
-Sebuah dokumen rahasia
Uni Eropa
Yang sudah diperbincangkan antara para petinggi pemerintah sejak bulan November tahun 2024 ini baru-baru ini membongkar fakta mengejutkan tentang keadaan tersebut.
Gaza
Laporan dalam organisasi tersebut, yang diungkapkan oleh broadcaster publik Belgia, telah mengekspos informasi sensitif.
VRT
seperti dilansir
Anadolu
,
Laporan ini mencakup evaluasi tajam mengenai sejumlah tindakan yang dianggap bertentangan dengan hukum perang internasional.
Evaluasi dalam lingkup Uni Eropa ini merangkum hasil-hasil yang dikeluarkan oleh beberapa organisasi internasional ternama seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), serta Mahkamah Internasional (ICJ). Laporan itu menegaskan bahwa telah ada penyalahan atas “pedoman utama hukum konflik bersenjata” melalui sejumlah langkah-langkah sistematik.
Laporan Uni Eropa merujuk pada penyalahgunaan lapar sebagai senjata peperangan, suatu tindakan yang dengan jelas ditentang oleh hukum dunia. Taktik ini dieksekusi lewat penyekatan dukungan bantuan humaniter sehingga menimbulkan masalah kekurangan makanan berkepanjangan untuk lebih dari 2 juta warga Palestina yang tertahan di daerah itu.
Satu laporan penting mencatat lebih dari 500 serangan terhadap tempat perawatan kesehatan dan staf medis. Hal ini memiliki konsekuensi besar: di antara 36 rumah sakit yang ada awalnya, cuma 16 saja yang bisa berjalan secara parsial sampai tahun 2024 tersebut.
Pembongkaran sistematik atas fasilitas kesehatan semakin memperparah masalah kemanusian, mengakibatkan jutaan penduduk sipil tidak memiliki kesempatan mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dengan baik selama situasi perang yang panjang.
Walaupun ada temuan penting di dalam laporannya, sampai sekarang belum ada konsekuensi apa pun yang ditetapkan. Ini berkaitan dengan Perjanjian Asosiasi antara Uni Eropa dan Israel senilai €15 miliar setiap tahunnya, yang memberikan akses khusus ke pasar-pasar di Eropa. Secara teori, perjanjian ini memerlukan kedua negara untuk menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.
Para menteri luar negeri Uni Eropa dijadwalkan bertemu pada 23 Juni untuk memutuskan nasib sebagian perjanjian tersebut. Menurut sumber internal, sedang dibahas sebuah kompromi yang memungkinkan perluasan akses kemanusiaan ke Gaza sebagai imbalan untuk menghindari tindakan sanksi.
Laporan tersebut semakin melebarkan retak dalam hubungan politik antar negara-negara anggota Unie Eropa. Dilaporkan, Irlandia, Spanyol, serta Belgia mengusulkan penggunaan Pasal 2 dari perjanjian itu guna menimbulkan peninjuan resmi terkait hak-hak asasi manusia.
Sebaliknya, Jerman dan Italia tidak setuju dengan tindakan itu, sedangkan Hungaria malahan menyatakan siap untuk mencegah penangguhan sepenuhnya dari perjanjian tersebut. Ketidakkonsistenan ini menunjukkan kerumitan politik geografis yang terlibat saat merespon krisis kemanusiaan, seiring dengan pertimbangan ekonomi dan diplomasi mereka.
Dokumen sensitif tersebut ditutup dengan pesan memperingatkan: “Jika tidak ada tindakan cepat, Gaza mungkin akan menjadi bencana besar buatan manusia paling parah dalam seratus tahun terakhir.” Pernyataan itu menunjukkan ketakutan yang kuat atas peningkatan krisis yang sudah berjalan sejak bulan Oktober 2023.
Kondisi menjadi lebih rumit setelah pengadilan pidana internasional menerbitkan warrant penangkapan untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant bulan November lalu. Keduanya didakwa melakukan pelanggaran berat seperti kejahatan perang dan kekerasan terhadap manusia.
Di samping itu, ada sebuah kasus genosida yang kini menjadi perhatian di Mahkamah Internasional, memberikan dampak tambahan pada tekanan hukum internasional mengenai tindakan-tindakan yang terjadi di daerah tersebut.
Data menunjukkan bahwa lebih dari 54.700 orang Palestina sudah meninggal dunia sejak awal konflik, di mana kebanyakan di antara mereka adalah wanita dan anak-anak sesuai laporan departemen kesehatan lokal. Organisasi-organisasi bantuan global secara berkelanjutan menyuarakan keprihatinan akan bahaya krisis pangan yang mengintai bagi jutaan warganya.
Pembocoran dokumen rahasia ini semakin meningkatkan tekanan terhadap Uni Eropa agar dapat mengambil langkah lebih keras dalam menanggapi krisis kemanusiaan yang telah lama berlangsung, seiring dengan upaya menjaga beragam kepentingan politik dan ekonomi yang rumit di wilayah tersebut.
Post Comment