Egianus Kogoya: Dalang Di Balik Pembunuhan Dua Pekerja Gereja di Wamena
– Nama Egianus Kogoya, ketua kelompok bersenjata Kriminal (KKB) dari daerah Nduga, Papua, muncul lagi ke permukaan.
Egianus dipercayai erat menjadi tersangka utama dalam kasus pembantaian brutal yang menimpa dua tenaga kerja gerejawi Gereja GKI Imanuel di Kampung Kuantapo, Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan.
Insiden yang mengakibatkan kematian Rahmat Hidayat (45) serta Saepudin (39) berlangsung pada hari Rabu, tanggal 4 Juni 2025 sekitar pukul 08:00 WITA.
Dua pekerja konstruksi dari Purwakarta, Jawa Barat itu meninggal setelah ditembak oleh seorang anggota KKB yang dipimpin Egianus Kogoya.
Insiden ini semakin memperpanjang daftar hitam mengenai tindakan kekerasan yang dilancarkan oleh kelompok bersenjata yang aktif di area itu.
Sosok Egianus Kogoya
Egianus Kogoya adalah Ketua Pasukan Komando Wilayah Perang III Ndugama yang berada di bawah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).
Dia adalah anak laki-laki dari Daniel Yudas Kogoya, yang pernah menjadi anggota OPM dan sudah wafat.
Ayah Egianus Kogoya selama hayatnya menjadi seorang aktivis penting dari Organisasi Papua Merdeka (OPM), dan ia turut serta dalam kejadian penculikan anggota Ekpedisi Lorentz di tahun 1996.
Kelompok bersenjata yang diketuai oleh Egianus Kogoya tersebut diyakini mempunyai kira-kira 50 personel.
Umur Egianus masih termasuk muda untuk seorang pemimpin OPM.
Menurut informasi dari Wikipedia, Egianus dilahirkan pada tahun 1999.
Mengenai umur Egianus, hal tersebut juga sempat disinggung oleh seorang wartawan berpengalaman bernama Victor Mambor.
Victor mengira bahwa umur Egianus dan timnya masih termasuk muda.
Diketahui bahwa Victor menyatakan dirinya pernah berjumpa dengan Egianus di Distrik Mbua pada tahun 2019 silam.
Rapat itu diatur sesuai kesepakatan dengan mediator lewat pihak anonim yang tidak disebutkan namanya.
Sebelumnya, kelompok Egianus terafiliasi dengan OPM dipimpin oleh Goliath Tabuni dan aktif di wilayah kabupaten Puncak Jaya.
Egianus juga disalahkan atas kepemimpinan Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang telah mengambil sandera Kapten Phillips Mark Mehrtens dari Susi Air beberapa saat sebelumnya.
Egianus Kogoya saat ini menjadi incaran tim gabungan yang terdiri atas Polres Jayawijaya dan Satgas Gakkum Ops Damai Cartenz.
Catatan Kejahatan Kelompok KOGOYA Egianus
Terdapat dua tahun yang lalu, Kepala Operasi Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani mengatakan bahwa rekam jejak kejahatan Egianus Kogoya beserta kuncirnya bermula di bulan Desember tahun 2017.
“Pada saat tersebut, para penyerang menghantam tenaga kerja yang membangun jembatan di Kecamatan Yigi; satu orang pekerja meninggal dunia sementara seorang anggota TNI cedera,” ungkap Faizal dari Mimika pada hari Sabtu, tanggal 11 Februari 2023.
Sejak waktu itu, Egianus telah banyak berpartisipasi dalam kegiatan sampai sekarang.
“Sebanyak 65 peristiwa kriminal terjadi antara Desember 2017 sampai awal tahun 2023. Dari kasus-kasus tersebut, korban mencapai jumlah yang signifikan dengan total 46 jiwa meninggal dunia akibat perilaku para pelakunya, yaitu 34 di antaranya adalah warga biasa dan 12 lainnya merupakan petugas kepolisian atau tentara,” jelas Faizal.
Terkait dengan senjata, diprediksi bahwa KKB yang diketuai oleh Egianus Kogoya mempunyai jumlah senapan yang cukup besar berasal dari penyitaan.
“Sepertinya mereka memiliki lebih dari 20 senjata api, antara lain minimi, steyr, dan juga GLM,” jelasnya.
Rangkaian tindak pidana yang dijalankan oleh Egianus terbilang ekstensif, meliputi perilaku cabul sampai pada pembunuhan.
Berikut adalah sejumlah tindak kriminal utama yang disebutkan sebagai hasil dari kepemimpinan Egianus Kogoya pada kelompok KKB:
1. Pada tanggal 22 Juni 2018, terjadi penembakan pada pesawat Twin Otter dengan nomor pendaftaran PK-HVU milik maskapai Dimonim Air dalam rute antara Timika dan Kenyam di bandar udara Kenyam, yang merupakan pusat administratif dari Kabupaten Nduga. Insiden tersebut menyebabkan kerusakan pada pesawat yang membawa warga biasa. Selain itu, copilot bernama Irene Nur Fadila juga mengalami cedera akibat tembakan.
2. Pada tanggal 25 Juni 2018, terjadi penyerangan pada pesawat Twin Otter milik Trigana yang membawa peralatan pemilihan umum (Pemilu). Pilot dari pesawat tersebut, Kapten Ahmad Kamil, menderita luka tembakan di bagian punggung sebagai akibat kejadian ini.
3. Di hari yang sama, kelompok kriminal tersebut melancarkan serangan lagi terhadap penduduk biasa di Kota Kenyam. Peristiwa tragis itu merenggut tiga nyawa, yaitu Hendrik Sattu Kolab (38), istri beliau Martha Palin (28), dan sahabat mereka Zainal Abidin (20). Selanjutnya, putra Hendrik berumur enam tahun dengan nama Arjuna Kola mendapat luka parah pada wajahnya.
4. Dari tanggal 3 hingga 17 Oktober 2018, terjadi penangkapan 15 orang guru dan petugas kesehatan di Distrik Mapenduma. Setelah itu, mereka memperkosa seorang petugas kesehatan.
5. 1-2 Desember 2018, sejumlah pekerja dari PT. Istaka Karya ditawan saat membangun jembatan untuk jalur Trans Papua di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi. Sebagian orang tidak selamat dalam insiden tersebut.
6. Pada tanggal 3 Desember 2018, sekelompok orang mengejar pekerja yang mencoba kabur ke Distrik Mbua. Setelah mereka bersembunyi di Pos TNI 755/Yalet, grup tersebut memulai serangan. Hal itu mengakibatkan satu personel TNI, yaitu Serda Handoko tewas, sementara satunya lagi terluka.
7. 4 Desember 2018, Egianus mengambil alih Distrik Yigi yang terletak sekitar dua jam berjalan kaki dari Distrik Mbua. Informasi tentang pekerja PT. Istaka Karya yang masih tersandera di Puncak Kabo belum diperoleh. Di sisi lain, pasukan kepolisian dan militer melawan kelompok-kelompok bersenjata tidak sah pada waktu tersebut.
8. Pada hari yang sama, sebuah helikopter militer TNI diserang dan menyebabkan seorang personel tertembus peluru ketika bertempur di daerah Puncak Kabo.
9. 5 Desember 2018, seorang anggota Brimob bernama Bharatu Wahyu serta badan sayap helikopter ditembak di area Puncak Kabo.
10. Pada tanggal 7 Maret 2019, kelompok tersebut melancarkan serangan lagi ke Distrik Mugi. Tiga prajurit TNI tewas dalam insiden itu: Serda Mirwariyadin, Serda Yusdin, serta Serda Siswanto Bayu.
12. Pada tanggal 23 September 2019, Egianus Kogoya memimpin pasukan mereka untuk menghadang rombongan TNI di Danau Haberna pada 23 Agustus tahun sebelumnya. Peristiwa tersebut menyebabkan dua anggota tentara tewas.
13. Pada tanggal 26 Maret 2022, terjadi bentrokan antara kelompok separatis dipimpin oleh Egianus Kogoya dengan pasukan Marinir di Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua pada hari Sabtu (26/3/2022) sore. Dalam insiden ini, dua anggota marinir meninggal dunia, seorang lainnya dalam kondisi kritis, serta tujuh orang mengalami cedera. Korban jiwa dan luka disebabkan karena lokasi penempatan mereka menjadi sasarannya tembakan dari peluncur granat.
14. Pada tanggal 7 Juni 2022, sebuah pesawat dari maskapai Sam Air yang sedang mendarat di Bandar Udara Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua diretem oleh grup Egianus Kogoya. Hal ini mengakibatkan kerusakan pada tangki dan ban bagian depan pesawat tersebut.
15. Pada tanggal 16 Juli 2022, kelompok yang dipimpin oleh Egianus Kogoya melakukan pembantaian terhadap sebelas orang warga di desa Nogolait, distrik Kenyam, kabupaten Nduga, Papua pada hari Sabtu (16/7/2022) dinihari. Dari insiden itu, sepuluh orang meninggal dunia sementara dua lainnya mengalami luka-luka. Di antara mereka yang menjadi korban adalah seorang pendeta lokal. Baru-baru ini, grup ini dilaporkan telah membakar sebuah pesawat dari Susi Air di Paro, Nduga, pada hari Selasa (7/2/2023). Hingga saat ini, lokasi keberadaan sang pilot masih belum jelas.
16. Pada 7 Februari 2023, tim tersebut dituduh telah menghanguskan pesawat Susi Air yang berlokasi di Paro, Nduga, pada hari Selasa (7/2/2023).
17. Pada tanggal 4 Juni 2025, terjadi sebuah perbuatan kejam berupa pembunuhan terhadap dua tenaga kerja konstruksi dari Gereja GKI Imanuel di Kampung Kuantapo, Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. Kejadian ini mengakibatkan meninggalnya Rahmat Hidayat (45) dan Saepudin (39).
Tindakan Jahat Tidak Dapat Di Maafkan
Kapolda untuk Operasi Damai Cartenz, Brigjen Pol Faizal Ramadhani dengan tegas menyikapi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) terhadap pembunuhan dua tenaga kerja konstruksi gereja di Wamena pada 4 Juni 2025.
“Ini adalah tindakan brutal yang tak dapat diterima. Kami menggelar pencarian dan penangkapan para pelaku, meningkatkan pengawasan di area berisiko tinggi, serta menganalisis lebih dalam data inteligen,” ujarnya Faizal, sebagaimana dilansir Tribun-Papua.com pada hari Kamis (5/6/2025).
Brigjen Faizal menambahkan pula bahwa tersangka diperkirakan merupakan anggota kelompok KKB yang diketuai oleh Egianus Kogoya, serta berhubungan dengan beberapa individu lainnya termasuk Asbak Koronue dan Hakim dari satuan Yahukimo.
Untuk memelihara kesinambungan keamaanan, mereka bekerja sama dengan TNI serta para pemuka masyarakat di daerah tersebut.
Kombes Pol Yusuf Sutejo, yang merupakan Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz, pun telah menenangkan publik agar tetap rileks dan meyakini bahwa pihak berwenang akan merespons situasi tersebut dengan tepat.
Dia menggarisbawahi kepentingan pelaporan oleh publik apabila terdapat tindak-tanduk yang mencurigakan berhubungan dengan kelompok bersenjata tidak sah atau separatis (KSB).
“Tim Satuan Operasi Damai Cartenz akan tetap ada untuk menyediakan perasaan aman serta memelihara ketentraman wilayah ini,” katanya.
Walaupun situasi di Desa Kuantapo diketahui sebagai daerah berisiko tinggi, petugas kepolisian masih tetap waspada dan melaksanakan penjagaan rutin agar dapat mendekati kelompok jahat tersebut.
Egianus Kogoya Dalang Pembunuhan
Perwakilan dari Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) – Organisasi Papua Merdeka (OPM), Sambom, mengumumkan bahwa kelompoknya bertanggung jawab untuk kejadian tersebut.
Sebby menyebut Egianus Kogoya yang merupakan pimpinan KKB wilayah Nduga-Derakma sebagai dalang penembakan.
Sebby mengkritik bahwa kedua korban sebenarnya adalah intelijen yang berpura-pura bekerja dalam proyek pembangunan gereja GKI Balim Yalimo.
“Sudah beberapa kali kami menegaskan agar semua kegiatan konstruksi, baik itu tukang batu, pengrajin kayu, maupun tenaga kerja proyek jalan yang berada di daerah konflik segera diberhentikan. Bila tidak, hal tersebut akan diartikan sebagai ancaman,” ungkap Sebby melalui pernyataan tertulis kepada Tribun-Papua.com.
Dia mengingatkan seluruh pihak, termasuk penduduk asli Papua, agar menjaga jarak dari area-area berisiko tinggi demi keamanan mereka.
“Dari hari ini kita tidak akan ragu-ragu lagi. Kita akan membersihkan semuanya. Baik itu warga asli Papua atau intelijen dari Indonesia, kita tetap akan menembaknya,” ujarnya.
(Tribunpapua.com/ Noel Iman Untung Wenda, Taniya Sembiring) (Tribunpapuatengah.com/ Marselinus Labu Lela) (Kompas.com/Dhias Suwandi, Pythagoras Kurniati)
Post Comment