Media Zionis: Serangan Houthi Mendorong Israel ke Meja Negosiasi Gencatan Senjata

Media Zionis: Serangan Houthi Mendorong Israel ke Meja Negosiasi Gencatan Senjata

.JL, TEL AVIV — Media di Israel mengkonfirmasi bahwa kelompok pemberontak Houthi dari Yemen terus memberikan tekanan ekonomi dan memiliki dampak regional yang lebih luas. Ini mendorong Israel untuk mengevaluasi ulang konflik militernya di Gaza.

Saluran 12 Israel sudah membenarkan bahwa Yaman mendesak Israel agar mencapai suatu kesepakatan dengan tujuan menghentikan konflik di Wilayah Gaza. Ini juga termasuk usaha untuk melepaskan para tahanan Israel. Kondisi ini muncul sementara kelompok Houthi tetap memberikan dukungannya kepada Gaza serta blokade yang masih diberlakukan oleh pihak mereka terhadap wilayah itu.

Media meminta pemerintah penjajahan Israel berhenti melancarkan serangan militer ke Jalur Gaza dan memberi peringatan bahwa negera tersebut harus “siap membayar biaya yang tinggi”. Selain itu, saluran tersebut mendorong dibentuknya tim investigasi resmi guna membantu “menghindari pengulangan insiden pada tanggal 7 Oktober.”

Menyangkut usaha Yaman dalam mewujudkan zona pantai udara di atas wilayah “Israel”, saluran 12 mencatat, “Satu roket dari Yaman setiap minggunya sudah cukup untuk memperhatikan dampaknya pada Bandar Udara Ben Gurion.” Akibat hal ini, sejumlah penerbangan internasional pun menunda kegiatan operasi mereka di Israel.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa Air India memperpanjang penangguhan penerbangannya yang menuju Israel. Menurut perkiraan, layanan ini belum akan dimulai lagi sampai minimal tanggal 19 Juni.

Saluran itu memfokuskan perhatian pada Yemen sebagai suatu tantangan khusus dan sulit, menyatakan kondisinya sangat kompleks. Sementara media di Israel melaporkan bahwa negeri tersebut diyakini “tidak bisa ditundukkan” sebab dilengkapi dengan ratusan rudal balistik.

Negara kuat Amerika Serikat gagal menaklukkan Yaman. Dalam sebuah wawancara di Channel 12, jurnalis dari Yedioth Ahronoth bernama Ronen Bergman menyuarakan kritikan terhadap AS dan Israel karena ketidakmampuan mereka untuk memenangi perang melawan Yaman.

Walaupun CENTCOM dan intelijen Israel mempunyai kemampuan lengkap, katanya, mereka gagal untuk mengungguli Yaman—”sebab mereka tak bisa dikalahkan”. Mereka merasa cukup dengan pencapaian seadanya sementara menyebabkan kerusakan besar.

Channel 12 menyuarakan kritik Bergman, menggambarkan AS sebagai kekuatan “besar” yang tetap tidak mampu mengatasi Yaman secara militer. Saluran tersebut menekankan bahwa Washington telah menggunakan kekuatan yang jauh lebih besar terhadap Yaman daripada yang pernah dilakukannya terhadap “Israel,” namun tetap gagal mencapai kemenangan.

Disebutkan juga bahwa Presiden Donald Trump, setelah satu bulan melakukan serangan udara intensif yang menelan biaya triliunan rupiah, pada akhirnya dipaksa untuk mengakhiri penyerangan Amerika Serikat di Yaman. Kapal induk AS USS Harry Truman saat ini akan segera meninggalkan wilayah Timur Tengah.

Serangan Houthi sangat efektif

Stasiun televisi Israel Kan menyebutkan serangan terbaru mereka di Yaman seperti “suatu jenis pementasan,” sambil menjelaskan bahwa tindakan itu tak menghentikan Yaman atau merusak kapabilitas rudalnya, hingga pada dasarnya menjadi sia-sia dalam menyelesaikan permasalahan esensial.

Saluran itu juga menyatakan bahwa serangan roket dari Yaman telah menimbulkan kerugian pada perekonomian Israel, dampak langsung dari konflik yang terjadi di Tepi Barat.
(Note: I made an assumption here as “Tepi Barat” typically refers to West Bank which might not be accurate with the original content mentioning Gaza Strip. Please verify this part of the sentence.)
Corrected version:
Saluran itu juga menyatakan bahwa serangan roket dari Yaman telah menimbulkan kerugian pada perekonomian Israel, dampak langsung dari konflik yang terjadi di Jalur Gaza.

Mantan pejabat senior dari Israel bernama Avigdor Lieberman juga ikut menambahkan kritiknya dengan berkata, “Amerika telah membuat perjanjian dengan Yaman sementara mereka melupakan kita.” Saat diwawancarai oleh saluran televisi Channel 12, dia menjelaskan pula bahwa “penduduk asal Yaman sempat melakukan serangan terhadap Israel ketika Presiden Amerika Serikat yaitu Donald Trump sedang berada dalam kunjungan resmi di daerah itu.”

Menyoroti lanjutan konflik tersebut, Lieberman mencela hal itu sebagai “peperangan demi keamanan Netanyahu,” sambil menegaskan bahwa motif utama di balik peperangan ini adalah untuk menjaga stabilitas koalisinya dalam pemerintahan yang ada.

Serangan balasan dari pers media Israel datang setelah serbuan udara yang dilancarkan oleh militer Israel ke Pelabuhan al-Salif dan Pelabuhan al-Hodeidah pada hari ini. Kedua pelabuhan tersebut terletak di Provinsi al-Hodeidah, berada sejajar dengan pesisir Laut Merah.

Walaupun ada serangan, otoritas di Sanaa tetap memperkuat janji dukungan mereka terhadap Gaza. Dua aset laut penting ini menjadi target pada saat yang sama, hal ini mencerminkan peningkatan besar tindakan agresi dari pendudukan Israel. Di lain pihak, pejabat militer AS memberitahu Al Mayadeen bahwa tentara Amerika tidak turut serta dalam operasi militernya Israel ke Yaman.

Rudal yang ditembakkan oleh kelompok Houthi menerjang udara Israel

Militer Israel menyebut mereka menangkap sebuah roket yang diluncurkan dari Yaman pada hari Kamis pagi, setelah sinyal peringatan serangan udara aktif di wilayah Israel bagian tengah.

Channel 12 di Israel menginformasikan bahwa “sistem pertahanan udara Arrow berhasil menangkap rudal yang dilepaskan dari arah Yaman,” peristiwa ini memicu penutupan Bandara Ben Gurion. Dilaporkan oleh layanan ambulance Israel, ada satu orang sipil Israel yang cedera ketika bergerak ke tempat perlindungan pasca serangan roket tersebut.

Sebelum terjadi intersepsi, suara alarm serangan udara bergema di sebagian besar area Israel bagian pusat serta di Bandara Ben Gurion. Pasukan menyeru masyarakat agar mentaati petunjuk dari Divisi Pertahanan Rumah Negara.

Walaupun diserang oleh Israel, kelompok bersenjata Houthi tetap mengirim rudal ke wilayah Israel dan menyatakan bahwa tujuan mereka adalah “menolong penduduk Palestina di Gaza.”

Ancaman Houthi

Pihak pemberontak Houthi di Yemen pada hari Senin tanggal 19 Mei telah memberikan peringatan kepada Israel untuk segera mengevakui Bandara Internasional Ben Gurion di Israel sebelum ancaman serangan rudal. Hal ini merupakan kali kedua mereka memperingatkan dalam jangka waktu tidak lebih dari 24 jam serta dilengkapi dengan gambar yang mencirikan lokasi bandara tersebut.

Pada Minggu (18/5), kelompok Houthi merilis ancaman mirip terhadap Bandara Ben Gurion. Mereka meniru cara juru bicara militer Israel, yaitu Letnan Kolonel Avichay Adraee dari Angkatan Darat Israel (IDF). Dalam beberapa hari belakangan ini, Adraee telah memperingati warga untuk dievakuasi dari wilayah-wilayah sekitar pelabuhan Yaman.

Sejak permulaan konflik tersebut, Adraee telah muncul sebagai representasi Israel di kawasan Timur Tengah terutama di Yaman. Setelah mengeluarkan peringatan pertamanya agar melakukan evakuasi di dermaga-dermaga yang dikuasai oleh kelompok Houthi—yang pada waktu itu dinilai luarbiasa—kini pihak militan yang dibantu Iran di wilayah Yaman sepertinya mulai “mencontoh” Adraee mereka sendiri.

Sebentar setelah Israel memulai serangan daratnya ke Gaza, Houthi merilis ancaman terkini mereka untuk pertama kalinya.

“Kami akan menyerang Bandara Ben Gurion dalam beberapa jam ke depan. Segera mengungsi,” demikian ancaman Houthi kepada Israel, dikutip dari laman YNet News yang berbasis di Israel, Senin (19/5)

Bersamaan dengan foto Bandara Ben Gurion, pejabat senior Houthi Nasruddin Amer memposting di X, “Dalam beberapa jam mendatang, pasukan Yaman akan melakukan operasi militer terhadap Ben Gurion dan bandara-bandara Zionis lainnya.”

Pesan-pesan Adraee umumnya dikirimkan ke masyarakat di wilayah-wilayah yang menjadi sasaran pasukan Israel (IDF). Ia kerap menyampaikan bahwa pihak gerilyawan bekerja dari tempat-tempat itu, meminta para warga sipil agar meninggalkan area tersebut dan memberi tahu bahwa bertahan bisa membahayakan hidup mereka.

Pada suatu unggahan sebelumnya, Amer menyatakan bahwa penyerangan terhadap Israel adalah balasan atas eskalasi paling baru terjadi di Jalur Gaza serta serangan menuju Yaman, juga sebagai komponen dari strategi yang lebih besar oleh Yaman guna meneraplikan embargo udara pada Bandara Ben Gurion dan bandar Udara lainnya.

Dia juga menyebutkan blokade armada laut serta penutupan Pelabuhan Eilat, hal ini menurut Houthi akan terus berlangsung hingga Israel menghentikan genosidanya dan menjalankan operasi militer mereka di Gaza, sebelum akhirnya mencabuti pemblokadian itu.

Amer menekankan kepada maskapai penerbangan yang masih aktif di Bandara Ben Gurion agar segera meninggalkan tempat tersebut, dan mengingatkan bahwa setiap orang yang berada di lokasi itu, khususnya warga negara asing, harus pergi demi keamanan diri mereka masing-masing.

Dalam situasi di mana banyak penerbangan menuju Israel dibatalkan, seorang petugas tinggi dari kelompok Houthi memberikan peringatan lebih lanjut bagi maskapai internasional yang berencana untuk kembali mendarat di Bandara Ben Gurion.

“Mereka harus mengubah haluan dan menganggap serius peringatan militer Yaman, yang bertekad untuk menetapkan zona larangan terbang tidak hanya di atas Bandara Ben Gurion, tetapi juga di seluruh wilayah udara Israel,” katanya kepada Al Mayadeen yang berafiliasi dengan Hizbullah.

Pada Ahad (18/5) malam, Houthi meluncurkan sebuah rudal ke arah Israel tengah. Rudal tersebut berhasil dicegat di udara, namun sirene berbunyi dari wilayah Shfela hingga Netanya, sehingga menyebabkan penundaan keberangkatan dan kedatangan di Bandara Ben Gurion.

Dalam beberapa pekan terakhir, setelah serangan rudal Houthi di dekat bandara, IDF telah melakukan tiga serangan balasan terhadap target-target Houthi di Yaman.

Pada saat yang sama, para proxy yang diperkuat oleh Iran terus meluncurkan roket dan rudal ke arah Israel seminggu sekali, mengharuskan jutaan penduduk Israel untuk secara rutin mencari tempat berlindung.

Post Comment